Kisah Saat Senja

Senja itu aku tersenyum diantara cahaya langit yang mulai memudar. Tersenyum melihat anak – anak kecil berlarian dipinggir jalan yang tak pernah penuh dengan kendaraan. Mungkin hanya beberapa yang lewat, itu juga kendaraan yang sama yang kadang lalu lalang. Melihat anak – anak itu riang bermain sarung, mengingatkan aku yang dulu. Duduk dipinggir jalan saat senja, bercanda menunggu azan di mushola. Hal yang lama tak kujumpai di tempat aku tinggal, Jakarta yang katanya kota metropolitan.
Di Jakarta tiap senja aku hanya bisa memaki sambil duduk di balik stir mobil. Menikmati asap kendaraan yang ga ada habisnya. Macet, itu kata yang bisa kuartikan dengan senja di Jakarta. Walau tahu tiap senja pasti macet minta ampun, tapi herannya aku terus saja menikmatinya tiap senja di Jakarta.yah seolah bersahabat dengan rutinitas yang bikin gila. Lewat jalan yang sama, kemacetan yang sama, dan aku sampai hafal betul jumlah perempatan yang ada lampu merahnya. Bosan kadang melewatinya, tapi apa mau dikata semua demi rupiah.
Tapi senja ini aku bisa tersenyum, karena kulewati senja yang tak biasa. Tak ada asap kendaraan, tak ada bunyi klakson yang menggema, tak ada lalu lintas yang semerawut. Yang ada anak – anak kecil berlarian, bermain menanti azan berkumandang. Melakukan sholat magrib berjaamah, dan setelah itu mendengar anak – anak belajar ngaji di mushola. Hal yang tak pernah aku lakukan di ibukota. Biasanya aku melihat anak – anak diperempatan menjajakan Koran sore. Mereka bahkan tak sempat bercanda, mereka hanya peduli dengan rupiah yang akan mereka bawa. Apalagi mengaji di mushola, mungkin tak terlintas dibenak mereka.
Terima kasih Tuhan, atas semuanya. Aku jadi tahu bahwa senja bukan hanya sekedar senja. Tapi senja mengajarkan perpisahan tak selamanya menyedihkan. Senja mengisyaratkan bahwa perpisahan terkadang indah. Sepertinya halnya perpisahan antara matahari dan sang hari. Yang terlukis indah diantara jingga di cakrawala. Dan kilau emas diantara rambut gadis desa yang terurai kala senja. Dan merdu lantunan azan menyambut temaram dinyalakan. Dan tawa bocah diantara dendang lelah diantara debu jalan. Dan semua Nampak begitu indah.
Dan aku kembali tersenyum, mendengar semua kisah saat senja, yang tak pernah kudengar diantara kisah ibukota.

Leksono, 27 April 2011

0 Response to "Kisah Saat Senja"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel