Kumpulan Puisi Terbaik Karya Jalaluddin Rumi

Maulana Jalaluddin Rumi Muhammad bin Hasin al Khattabi al-Bakr , ialah seorang penyair yang  lahir di Balkh (sekarang Samarkand) pada tanggal 6 Rabiul Awwal tahun 604 Hijriah , atau tanggal 30 September 1207 Masehi.


Jalaluddin Rumi yaitu seorang sufi besar sepanjang zaman , yang sudah membaktikan lebih dari separuh hidupnya untuk mencari kebenaran-kebenaran terdalam dari aliran agama. Beliau yaitu seorang ahli tasawuf dan penyair sufi Persia terbesar.



Kumpulan puisi Rumi yang kondang berjulukan al-Matsnawi al-Maknawi konon yakni suatu revolusi terhadap Ilmu Kalam yang kehilangan semangat dan kekuatannya. Isinya juga mengeritik langkah dan aba-aba filsafat yang cenderung melebihi batas , mengebiri perasaan dan mengkultuskan rasio. Diakui , bahwa puisi Rumi memiliki ciri khas tersendiri dibandingkan para sufi penyair yang lain.


Melalui puisi-puisinya Rumi memberikan bahwa pemahaman atas dunia cuma mungkin didapat lewat cinta , bukan semata-mata melalui kerja fisik. Dalam puisinya Rumi juga menyodorkan bahwa Tuhan , selaku satu-satunya tujuan , tidak ada yang menyamai.


Ciri khas lain yang membedakan puisi Rumi dengan karya sufi penyair lain yakni seringnya ia memulai puisinya dengan memakai dongeng-kisah. Tapi hal ini bukan dimaksud ia ingin menulis puisi naratif. Kisah-kisah ini dipakai selaku alat pernyataan fikiran dan wangsit






Suatu Fajar Bersama sang Rembulan
Karya; Jalaludin Rumi.

Rembulan timbul di langit fajar. Mengambang turun ia , seraya menatapku.

Lalu , bagai seekor elang menyambar mangsanya , ia mencengkeramku dan menyeretku ke angkasa.

Walau kucoba sekuat tenaga , tak bisa saya melihat diriku sendiri.

Berkat keajaiban cahaya rembulan , telah lebur diriku kedalam jiwa murni.

Dalam bentuk itu lah pengelanaanku berlangsung , bersatu dalam cahaya tak-terbatas.

Lalu , diam-diam dari pertunjukan kekal tergelar jelas di hadapanku.

Ke sembilan sfera langit , terliputi oleh cahaya.

Wahana-jiwaku , terbang di Samudera tanpa pantai.

Tiba-tiba samudera wujud beralih bentuk menjadi gelombang demi gelombang.

Fikiran timbul: imaji bentuk bagai gelombang memecah di pantai.

Lalu seluruhnya kembali mirip semula: bersatu dalam jiwa yang murni.

Keberuntungan berupa persepsi ini berasal dari Syamsudin al-Haqq dari Tabriz.

Tanpa kepemurahannya , tak ada yang sanggup menunggang rembulan atau menjadi samudera tanpa batas.





Masihkah Mendua.
Karya: Jalaluddin Rumi.


Diberi engkau: dua tangan. dua kaki dan dua mata; namun jikalau yang hatimu dambakan dan yang Sang Kekasih inginkan bagimu dua hal yang berlawanan , maka apa manfaatnya itu bagimu?

Kau sebut dirimu seorang pencinta , namun ucapanmu itu cuma penghias bibir; jikalau kamu pandang seorang pencinta sejati dan Sang Kekasih selaku dua hal yang bertentangan maka penglihatanmu mendua , atau kamu salah mengkalkulasikan.




Terkecuali cinta.
Karya: Jalaluddin Rumi.


Perhatikan lah dirimu sendiri: gemetar engkau , kalut akan yang belum berwujud.

Ketahui lah , yang belum berwujud pun tengah cemas , takut kalau Tuhan akan menjadikannya berwujud.

Jika kamu coba rengkuh keagungan duniawi , itu pun berasal dari kerisauan pula.

Semua hal , terkecuali Cinta dari Yang Maha Indah , yaitu penderitaan.
Sungguh suatu derita beranjak menuju ajal tanpa mereguk air kehidupan.






Jika Kau Dambakan
Karya: Jalaluddin Rumi.

Jika kau dambakan dirimu yang sejati , keluarlah dari jasadmu.

Tinggalkan di belakang fatwa kalimu yang dangkal dan mengaruslah engkau ke dalam sungai yang dalam dan lebar.

Jangan rela sekedar menjadi seekor kerbau yang menghela bajak di sawah , ber-thawaf-lah




Harapan Telah Tiba
Karya: Jalaluddin Rumi.


Wahai jiwaku , jangan lah berputus-asa , impian sudah datang.

Yang Maha Pengasih , impian setiap jiwa , sudah tampil dari semesta tak-nampak.

Jangan lah berputus-asa , walau Siti Maryam tak lagi genggam jemarimu , cahaya yang mempesona Isa ke langit sudah tiba.

Jangan lah berputus-asa , wahai jiwaku , walau pun gelap sumur-penjara-mu kini , sang Raja yang membebaskan Yusuf telah datang.

Ya'qub sudah membuka hijab uzlahnya. Yusuf yang menelisik hijab Zulaikha sudah tiba.

Wahai engkau yang habiskan malam hingga fajar , dalam rintihan , "Wahai Rabb;" yang Maha Pengasih mendengar permohonanmu itu , dan sudah tiba.

Wahai sakit , yang telah menua bersamamu , bergembira lah , obatmu sudah tiba.

Wahai gerbang nan rapat terkunci , terbuka lah , alasannya kunci sudah tiba.

Engkau yang telah berpuasa , menahan diri dari Meja Perjamuan , berbuka lah dengan gembira , sebab hari pertama pesta sudah tiba.

Diam lah , tetap lah diam; alasannya adalah dengan keagungan perintah "Kun!" diamnya ketakjubanmu telah menangani semua pembicaraan.







Rahasia Kebenaran.
Karya: Jalaluddin Rumi.

Rahasia kebenaran takkan terbuka sebab banyaknya bertanya; tak pula alasannya menyerahkan seluruh harta dan kehormatan;

tetapi hanya di ketika telah melalui usiamu lima-puluh tahun; dikala hati dan matamu telah memerah-darah.

Dari semua perbincangan ini , tak seorang pun mendapatkan jalan menuju peleburan.





Rintihan seruling bambu.
Karya: Jalaluddin Rumi


Dengarkanlah suara seruling bambu Menyayat rintihannya , lantunkan perihnya perpisahan:

"Sejak direnggut saya dari rumpunku dulu , ratapan pedihku telah menghasilkan berlinang air-mata orang. Kuseru mereka yang tersayat hatinya sebab perpisahan.

Karena cuma mereka yang pahami sakitnya kerinduan ini. Mereka yang tercerabut dari tanah-airnya merindukan dikala mereka kembali.

Dalam setiap konferensi , bareng mereka yang tengah gembira atau sedih , kudesahkan ratapan yang sama.

Masing-masing orang cuma sanggup mendengar sesuai pengetahuannya sendiri-sendiri.

Tak ada yang mencari lebih dalam ihwal rahasia didalam diriku.

Rahasiaku tersembunyi didalam rintihanku , mata-telinga tak bercahaya takkan bisa memahaminya."

Desah seruling bersumber dari api , bukannya angin.

Apa gunanya hidup seseorang yang tak lagi ada apinya?

Adalah api cinta yang menggugah nyanyian sang seruling.

Adalah ragi cinta yang menghasilkan anggur terasa yummy.

Lantunan seruling mengobati hati yang perih sebab cinta yang hilang.

Lagunya menyapu hijab yang menyelubungi hati.

Adakah racun yang lebih pahit atau gula yang lebih manis daripada nyanyian seruling bambu?

Agar sanggup kau dengar nanyian seruling itu harus kamu tanggalkan semua hal yang pernah kau pahami.




Rayakanlah
Karya: Jalaluddin Rumi


Ramadhan telah tiba: Rayakan lah!

Perjalanan menggembirakan menuju Yang Esa , Dia lah yang menemani mereka yang sedang berpuasa.

Kupanjat atap , biar sanggup kulihat Rembulan. Karena kurindukan berpuasa dengan hati dan jiwa.

Hilang akalku dikala kutatap Rembulan. Sang Sultan , rajanya puasa , membuatku mabuk.

Wahai saudaraku kaum Muslim , saya telah mabuk semenjak hari saya kehilangan akal.

Sungguh khasanah nan indah tersimpan di dalam puasa.

Sungguh terdapat padanya kemenangan yang mencengangkan.

Ada Rembulan lain yang dirahasiakan selain rembulan yang ini.

Ia tersembunyi di dalam tenda puasa bagaikan seorang Turki.

Siapa saja yang berkehendak mendapat panen puasa bulan ini , carilah jalan menuju Rembulan yang itu.

Yang parasnya hingga pucat , bagaikan satin , memakai puasa selaku busana sutranya.

Bulan ini do'a dikabulkan. Desah mereka yang berpuasa merobek langit.

Lelaki yang duduk dengan tabah di dasar sumur puasa , mengungguli cinta seluruh Mesir , ia lah Yusuf.

Ketika dikala santap sahur tiba , diam lah: sehingga mereka yang kenal puasa menikmati berpuasa.

Datang lah , wahai Syamsudin yang pemberani , sanjungan Tabriz , engkau lah panglima para prajurit , para jago berpuasa.




Lenyapnya bayangan.
Karya: Jalaluddin Rumi

Demikian lah kondisi sang pencari yang mendambakan Hadirat Rabb-nya. Ketika Rabb tampil , sang hamba sirna.

Walaupun penyatuaan dengan Rabb itu keabadiaan di atas keabadian , namun pertama-tama itu memiliki arti matinya sang hamba dari dirinya sendiri.

Bayangan yang mencari Cahaya lenyap , di saat Cahaya-Nya tampil.

Bagaimana logika akan bertahan di saat Dia memerintahkannya pergi?

Semuanya sirna kecuali wajah-Nya.

Dihadapan muka-Nya , musnah semua wujud dan ketiadaan: sangat mencengangkan wujud di dalam ketiadaan.

Pada hadirat ini , semua akal lenyap: di dikala pena menjangkau titik ini , patahlah ia.



Jangan Kau Sesali.
Karya: Jalaluddin Rumi.


Jangan kamu sesali lenyapnya kebahagianmu; pahami lah ia akan kembali padamu dalam bentuk yang lain.

Saat kanak-kanak kamu berbahagia di saat kau menyusu. Ketika mulai berkembang membengkak kau bosan pada susu , dan kesenanganmu beralih pada minuman lain dan madu.

Kesenangan yakni sesuatu yang esensial ia tiba menyapamu melalui aneka bentuk. Ia bergerak dari satu sudut ke sudut lain pada bagian air dan tanah-lempung , yang membentuk dirimu.

Ia bisa secara tiba-tiba mempertontonkan keindahannya pada butir air hujan , kemudian ia merasuki pokok mawar , dan keanggunan kecambahnya di ketika bibitnya bangun dari tanah.

Ia bisa tiba dari air , dari kelezatan roti dan daging , kemudian lewat keelokan , kemudian melalui anggunnya kuda tunggangan.

Sampai , secara tiba-tiba sebuah hari , dari balik hijab-hijab itu , ia menerobos dan merusak berhala-berhala: Ia bukan lah bentuk yang ini bukan pula bentuk yang itu.

Jiwa , dikala kau karam dalam lebur , keluar dari tubuhmu dan tampil di alam khayal; sementara tubuhmu diam dan ditinggalkannya , ia memanifestasi selaku suatu imaji.

Secara awam kau mampu katakan ibarat ini: "Dalam suatu mimpi kulihat diriku sendiri tegak tinggi bagai sebatang cemara wajahku secantik bunga tulip semerbak harumku bagai mawar dan melati."

Lenyap bentuk imajinal mirip itu di saat jiwa kembali kedalam rumahnya; sebenarnya terdapat peringatan penting bagi semua makhluk , baik dikala jiwa kembali maupun di ketika bertolak.

Telah kuutarakan apa yang mungkin disampaikan , lebih dari ini kutakutkan mudharatnya; sangat Sabda-Nya jauh lebih indah dibandingkan dengan lantunanku: berpegang-akrab lah terhadap buhul tali keimanan.

Jika tak mampu menghidangkan sajian yang patut setidaknya ucapkanlah kata-kata yang terpelajar.

Wahai Tabriz-nya jiwa pandanglah gemintang di langit qalb mungkin kan kau dapati cahaya redup ini sebuah bayangan dari Syams ad-Diin



Dengarkanlah Dalam Diam.
Karya: Jalaludin Rumi.

Jika kau miliki indera pendengaran , dengarkan lah , Terima lah pesanku dengan jernih; Dengan Dia menyanggupi seluruh isi hatimu Berpisah lah kau dari dirimu sendiri.

Tutup mulutmu , di saat terangnya penglihatanmu mencerap visi yang muncul: Tak perlu kamu tambahkan pendapatmu Karena semua sudah kamu saksikan di sana.




Ku Kan Berlari Cepat.
Karya: Jalaluddin Rumi.


Ku kan berlari cepat , dan takkan ku berhenti , hingga saya bergabung dengan kafilahku.

Ku kan lebur bagai udara dan musnah , hingga Sang Kekasih meraihku.

Menyala bangga hatiku , bagai api yang memusnahkan rumahku , kemudian berkelana saya ke gurun.

Aku akan menjadi debu di tanah padang yang tandus hingga Kau buat saya menghijau teduh.

Aku akan mengalir merendah bagaikan air bersujud sepanjang jalan menuju ke taman-mawar-Mu.

Sejak saya jatuh dari langitgemetaran saya bagai butiran debu. Aku gres kondusif dan tenang jikalau kucapai Tujuan.

Kudapati langit sarat hal menyeramkan dan bumi daerah kehancuran; saya kan selamat dari ke dua ancaman ini di saat kuraih Sang Sultan.

Di alam-dunia yang tersusun dari tanah dan air ini bercampur-baur kekufuran dan kehancuran , kulewati hati sarat kemusyrikan biar kucapai keimanan.

Sang Raja penguasa semesta alam yang menjaga kesetimbangan dan keselarasan , memandang terhadap pencinta yang sepadan--

Kudamba wajahku bersinar kekuningan bagai kilau mata-duit emas sehingga diposisikan-Nya saya dalam keseimbangan-Nya.

Rahmat-Nya bagaikan air , mengalir ke daerah yang rendah. Aku kan menjadi debu biar teraliri Rahmat-Nya biar ditarik saya menuju ar-Rahim.





Demikian kumpulan puisi terbaik karya Jalaludin rumi  yang mampu saya bagikan pada kesempatan kali ini. Semoga Bermanfaat untuk kawan semua.
Terimakasih sudah mampir ke kpuisicnta. Jangan lupa untuk membaca postingan - postingan mempesona yang lain disini.

0 Response to "Kumpulan Puisi Terbaik Karya Jalaluddin Rumi"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel