Sehat


Kataballohu maqoodiirol kholaaiqo qobla ayyakhluqossamaawaati wal ardho bi khomsiina alfa sanatin. (Allah telah menulis qodar-qodar nya makhluk limapuluh ribu tahun sebelum Allah menciptakan langit dan bumi – H.R. Muslim dalam Kitabul Qodar)”


***

Sore itu tidak sama seperti sore yang lain. Di dalam benak ku, semua mendadak menjadi gelap. “Masya Allah”, lafadz ku dalam hati dengan bibir bergerak. Aku kaget luar biasa. Kabar yang kudapat dari e-mail,dari sabahat yang sudah seperti adik ku sendiri Dawud Abd, benar-benar membuat sekujur tubuhku lemas seperti tak bisa di gerakan. Achsan Indriadi, sahabatku yang baik divonis dokter terkena penyakit yang sekarang paling ditakuti, H5N1 alias flu burung. Penyakit yang mematikan. “Ya Allah”, kami pasarah padamu. Aku terduduk lemas, semua mendadak gelap dalam benak ku. “Kenapa harus Achsan? Kenapa tidak yang lain nya? Kenapa bukan koruptor? Kenapa bukan teroris? Kenapa..kenapa?? kenapa???.” Kalimat Tanya itu menyeruak seperti tak berhenti dan tidak menemukan tanda titik untuk menghentikan nya. Zikir dan do’a selepas sholat ashar, semakin kurasa kuat sekali. Bahkan aku merasakan do’a-do’a yang kulafaldzkan sangat bertenaga. aku berusaha berdamai dengan jiwaku (Allah, pertolonganmu pasti dekat)

Achsan, adalah seorang pekerja di sebuah perusahaan swasta di bilangan Jakarta Utara. Dalam setahun ini (2009), Achsan, seperti ceritanya padaku, merasa sedang dicoba oleh Allah. Ia juga bilang sedang merasakan manisnya keimanan, sampai dia merasa sekarat. Lelaki kelahiran 15 November 1973 itu berkali-kali bercerita tentang mimpi-mimpi yang dialaminya ketika dia tak sadarkan diri, akibat panas yang tinggi.

Di tahun 2009 ini, sudah 3 kali Achsan masuk rumah sakit. di bulan Februari ia terkena lumpuh kaki kanan akibat cedera tulang punggung. Bulan April ia kembali masuk rumah sakit akibat HNP (syaraf tulang punggung terjepit) yang mempengaruhi fungsi organ dalam.

***

Aku kembali tertegun tak bisa berkata-kata. Email dari Dawud, kembali kubaca dengan dada bergetar hebat. Achsan sakit lagi, kali ini tak main-main. Flu Babi. Aku diam, berusaha untuk kuat melanjutkan membaca e-mail Dawud dengan sangat hati-hati. Pikiran ku melayang jauh, membayangkan betapa sedih nya hati anak-anak Achsan. Amorita (10 th), Achmar (3,5 th), serta Aimar (1,5 th), juga istrinya Nina Marlina. Meski kutahu, istri dan ketiga anak Achsan, bukanlah orang sembarangan, mereka sangat dekat dengan kehidupan Agama serta sangat penyabar. Bathinku berkata sendiri, tetap tak mudah menghadapi ini semua.

Kabar terakhir, di bulan Juli Achsan masuk rumah sakit lagi, tapi kali ini sangat mengejutkan. Ia sakit akibat burung dan Flu babi. Otomatis sejak bulan Januari hingga hari ini Achsan tidak dapat bekerja dan mencari nafkah dan dan meelakukan seabrek aktivitas positif lainnya

Dalam catatan Achsan yang sempat ku baca, di Bulan Juni yang lalau, ia memang sempat pergi tugas ke luar negeri, tepatnya ke Pakistan, namun hingga akhir bulan Juni jsepulang dari Luar Negeri, Achsan tak merasa ada sesuatu perubahan dalam tubuhnya. Semua berjalan normal dan biasa saja. Ia pun tidak mengalami sakit pernafasan. Hari hari berjalan normal dan ia beraktivitas dan bekerja seperti biasa

Pada tanggal 9 dan 10 Juli, Achsan bahkan masih sempat pergi mengisi liburan bersama anak dan istrinya, ke beberapa tempat pedesaan di Depok dan Bogor, dan kerumah orang tua nya. Secara beruntun setelah pulangdari liburan mereka sekeluarga sakit pilek. Achsan sendiri merasakan masuk angin yang berat. Karenamerasa dirinya kecapean, ia pun melakukan pijat refleksi, di rumah seorang teman nya Taufik Wibisono. Namun flu yang dirasakan Achsan tak kunjung hilang. Selama 3 hari Achsan minum obat flu tetapi tidak juga menunjukan kondisi yang membaik. Achsan memutuskan memeriksakan diri di RS Mitra Keluarga Bekasi Barat. Saat itu suhu tubuh nya 41 dcelcius, dan selalu muntah. Komdisi Achsan yang sangat tidak memungkinkah akibat muntah berat, dokter menyarakan Achsan dirawat di rumah sakit itu.

***

Hingga hari kelima Achsan dirumah sakit, tidak ada perubahan yang berarti, bahkan semakin parah. Dokter pun sedikit panik, karena Achsan sudah demam tinggi (hingga 41,5 dcelcius) sudah 8 hari. Mulai hari kedelapan demam tinggi Achsan disertai batuk dengan mengeluarkan darah segar, praktis ejak itu pernapasan nya mulai terganggu, dan Achsan pun bernafas dibantu dibantu oleh oksigen.

Dokter berusaha keras membantu Achsan untuk sembuh dari penyakitnya. Beberapa obat diinjeksi masuk ke dalam tubuhnya, malah mengakibatkan lidah dan tenggorokan Achsan terasa terbakar (hingga saat ini masih belum bisa merasa dengan baik). Lambung Achsan pun sudah tidak bisa menerima makanan dan minuman, selalu dimuntahkan. Puncaknya, sample dahak Achsan langsung di kirim ke Depkes. Dua hari kemudian, hasil pemeriksaan Laboratorium keluar. Hasilnya mengejutkan semua anggota keluarga. Achsan terkena H5N1, alias flu burung. Torax nya pun s dirontgen ulang secara lebih detail, dan hasilnya Achsan pneumonia berat dan sebagian paru-paru nya sudah terisi air.

“Allah, engakau begitu dekat”, gumamku panjang. Kembali aku mengingat Achsan yang sedang berjuang sekuat tenaga dalam do’a nya untuk sembuh

***

Pada hari yang sama Achsan dirujuk ke RS persahabatan (sentral penderita flu burung), tetapi karena ICU nya penuh, Achsan dirujuk ke ICU RS Penyakit Infeksi Sulianti Saroso. Saat dipindahakan Achsan merasa terhina sekali, “Saya merasa terhina, saya dipindahkan oleh staf kesehatan perpakaian isolasi komplet seperti di film Hollywood”, tuturt Achsan padaku. Jalan, gang, elevator semuanya dibersihkan dari pengunjung saat Achsan lewat. Semua petugas keamanan menggunakan masker. Semua mendadak horror. “ Kok , saya seperti punya penyakit nista”, tutur achsan saat itu, seperti diceritakan nya padaku. Achsan tiba di ICU penderitaan tubuh nya pun dirasakan nya bertambah. Infus saya bercabang 3, plus selang injeksi, ia rasakan semakin membuat penderitaan nya semakin bertambah. Achsan juga merasakan kerongkongan semakin tak enak dirasakan nya, karena dikasih selang. Bukan itu saja, Achsan semakin merasa tak nyaman, ketika kateter dipasang untuk memudahkan nya buang air kecil. Achsan sempat menangis, ketika merasa tak kuat untuk berdiri dan buang air besar. Pup (BAB) pun dilakukan dengan menggunakan pampers. “Masya Allah, betapa tidak enak dan nyaman nya”, pekik Achsan

Saat-saat bernafas dirasanya tak nyaman. Achsan bernafas dengan masker oksigen (ia menolak intubasi), disamping itu juga dipasang alat rekam jantung dan saturasi.

( diruangan kaca kecil yang sangat berisik, dengan suara peralatan medic, dalam kondisi lelah namun masih sadar, Achsan melihat ruang-ruang ICU diisi oleh beberapa pasien yang memang sudah sekarat, kebanyakan kondisinya tidak sadar).

0 Response to "Sehat"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel